Kamis, 04 Oktober 2012

Rahasia Nabi saw menyayangi kucing

TERNYATA..kucing yang dalam bahasa latin Felis silvestrid-catu selain binatang jenis karnivora dan merupakan salah satu hewan predator yang paling hebat seluruh dunia. Dalam Wikipedia Indonesia telah dijelaskan bahwasanya kucing telah berbaur dengan manusia paling tidak sejak 6.000 tahun SM, dari kerangka kucing di Pulau Siprus (Cyprus).Orang Mesir kuno dari 3.500 SM telah menggunakan kucing untuk menjauhkan tikus atau hewan pengerat lain dari lumbung yang menyimpan hasil panen.
Di dalam sejarah Islam, diceritakan bahwasanya Nabi Muhammad saw mempunyai binatang peliharaan yaitu kucing. 
Diceritakan dalam suatu kisah, Nabi Muhammad SAW memiliki seekor kucing yang diberi nama Mueeza. Suatu saat, dikala Nabi hendak mengambil jubahnya, di temuinya Mueeza sedang terlelap tidur dengan santai diatas jubahnya. Tak ingin mengganggu hewan kesayangannya itu, Nabi pun memotong belahan lengan yang ditiduri Mueeza dari jubahnya.

Ketika Nabi kembali ke rumah, Muezza terbangun dan merunduk sujud kepada majikannya. Sebagai balasan, Nabi menyatakan kasih sayangnya dengan mengelus lembut ke badan mungil kucing itu sebanyak 3 kali.
Dalam aktivitas lain, setiap kali Nabi menerima tamu di rumahnya, nabi selalu menggendong mueeza dan di taruh dipahanya. Salah satu sifat Mueeza yang Nabi sukai ialah ia selalu mengeong ketika mendengar adzan, dan seolah-olah suaranya terdengar seperti mengikuti lantunan suara adzan.
Kepada para sahabatnya, Nabi berpesan untuk menyayangi kucing peliharaan, layaknya menyanyangi keluarga sendiri.
Di dalam hadist pun diceritakan bahwasanya Nabi saw menekankan bahwasanya kucing itu tidak najis, bahkan diperbolehkan berwudhu menggunakan air bekas minum kucing karena di anggap suci.
Al-Hafizh Abu Al-Fadhl Ibnu Hajar rahimahullah berkata:
وَعَنْ أَبِي قَتَادَةَ رضي الله عنه  أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ فِي اَلْهِرَّةِ: (( إِنَّهَا لَيْسَتْ بِنَجَسٍ, إِنَّمَا هِيَ مِنْ اَلطَّوَّافِينَ عَلَيْكُمْ )) أَخْرَجَهُ اَلْأَرْبَعَةُ, وَصَحَّحَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ وَابْنُ خُزَيْمَةَ
[Terjemah]
Dari Abu Qatadah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda tentang kucing, “Sesungguhnya kucing bukanlah najis, dia hanyalah termasuk hewan yang selalu berada di sekitar kalian.” (Diriwayatkan oleh Imam Empat, serta dinyatakan shahih oleh At-Tirmizi dan Ibnu Khuzaimah)
[Kosa Kata Hadits]
طوافين (berada di sekitar)
Bentuk jamak dari kata طَوّافٌ, dan berasal dari kata طائِفٌ. Ibnu Al-Atsir berkata, “Tha`if adalah pelayan yang melayanimu dengan penuh kelembutan dan perhatian.”
Nabi shallallahu alaihi wasallam menyamakan kucing dengan pelayan yang senantiasa berada di sekitar majikannya, berdasarkan firman Allah Ta’ala:
طَوَّافُوْنَ عَلَيْكُمْ
“Mengelilingi kalian.”
[Subul As-Salam: 1/23]
[Syarh Hadits]
Hadits ini dibawakan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah dalam bab air, dikarenakan beliau ingin menjelaskan mengenai hukum su`ru (air bekas minum) kucing. Dengan hadits ini beliau ingin menunjukkan bahwa su`ru kucing adalah suci, walaupun sebenarnya ada silang pendapat di kalangan ulama dalam masalah ini. Berikut uraiannya:
Masalah Pertama: Hukum Su`ru Kucing.
Hukum su`ru kucing dibangun di atas hukum lu’ab (liur) nya. Jika liurnya suci maka bekas minumnya juga suci, dan jika liurnya najis lalu jatuh ke dalam air maka airnya butuh dilihat: Jika dia mengalami perubahan pada sifat asalnya maka dia ternajisi, tapi jika tidak maka air itu tetap suci.
Adapun hukum liur anjing, maka ada tiga pendapat di kalangan ulama:
1. Liur kucing adalah suci tapi makruh dipakai bersuci.
Ini adalah mazhab Al-Hanafiah.
Alasan mereka: Kucing itu najis tubuhnya, akan tetapi hukum najis ini gugur karena mereka sering berada di sekitar kita. Sehingga jadilah hukumnya makruh.
2. Benda yang terkena liur kucing harus dicuci.
Ini adalah pendapat Abu Hurairah radhiallahu anhu. Dan dari kalangan tabi’in: Said bin Al-Musayyab, Muhammad bin Sirin, Atha`, Qatadah, dan Al-Hasan rahimahumullah.
Dalil-dalil mereka:
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu secara marfu’:
وَإِذَا وَلَغَتْ فِيهِ الْهِرَّةُ غُسِلَ مَرَّةً
“Namun jika bejana tersebut dijilat oleh kucing cukup dicuci sekali.” (HR. At-Tirmizi no. 91)
Silahkan berlangganan untuk membaca kelanjutan pembahasan mengenai:
1. Pendapat yang rajih dalam masalah hukum liur kucing.
2. Hukum tubuh kucing.
3. Hukum hewan yang ukuran tubuhnya lebih kecil dari kucing.
4. Takhrij hadits Abu Qatadah di atas.
5. Biografi ringkas Abu Qatadah radhiallahu anhu.


Hasil Penelitian terhadap Kucing
Telah dilakukan berbagai penelitian terhadap kucing dan berbagai perbedaan usia, perbedaan posisi kulit, punggung, bahagian dalam telapak kaki, pelindung mulut, dan ekor. Pada bagian-bagian tersebut dilakukan pengambilan sample dengan usapan. Di samping itu, dilakukan juga penanaman kuman pada bagian-bagian khusus. Kemudian diambil pula cairan khusus yang ada pada dinding dalam mulut dan lidahnya. Hasil yang diperoleh adalah:
  1. Hasil yang diambil dari kulit luar tenyata negatif berkuman, meskipun dilakukan berulang-ulang.
  2. Perbandingan yang ditanamkan kuman memberikan hasil negatif sekitar 80% jika dilihat dari cairan yang diambil dari dinding mulut.
  3. Cairan yang diambil dari permukaan lidah juga memberikan hasil negatif berkuman.
  4. Sekalinya ada kuman yang ditemukan saat proses penelitian, kuman itu masuk kelompok kuman yang dianggap sebagai kuman biasa yang berkembang pada tubuh manusia dalam jumlah yang terbatas seperti, enterobacter, streptococcus, dan taphylococcus. Jumlahnya kurang dan 50 ribu pertumbuhan.
  5. Tidak ditemukan kelompok kuman yang beragam.
Menurut Dr. George Maqshud, ketua laboratorium di klinik hewan Baitharah, jarang sekali ditemukan adanya kuman pada lidah kucing. Jika kuman itu ada, maka kucing itu akan sakit. Dr. Gen Gustafsirl menemukan bahwa kuman yang paling banyak terdapat pada anjing,
manusia 1/4 anjing, kucing 1/2 manusia. Doktor hewan di rumah sakit hewan Damaskus, Sa’id Rafah menegaskan bahwa kucing memiliki perangkat pembersih yang bemama lysozyme.
Kucing tidak suka air kerana air merupakan tempat yang sangat subur untuk pertumbuhan bakteri, terlebih pada genangan air (lumpur, genangan hujan, dll). Kucing juga sangat menjaga kestabilan kehangatan tubuhnya. Ia tidak banyak berjemur dan tidak dekat-dekat dengan air. Tujuannya agar bakteri tidak berpindah kepadanya. Inilah yang menjadi faktor tidak adanya kuman pada tubuh kucing. Dan hasil penelitian kajian yang telah di lakukan di laboratorium hewan, ditemukan bahwa badan kucing bersih secara keseluruhan. Ia lebih bersih dari manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar